Doaku kan Selalu Mengiringimu
Dunia ini hanyalah sandiwara bagi hidupku. Bagiku dunia ini tidak ada
lagi artinya lagi jika seseoarng yang kucintai pergi dan takkan pernah kembali
lagi. Dikarenakan tidak ada lagi seorang pun yang menyayangiku, mencintaiku,
dan mengasihiku. Kerena orang yang selalu menyayangiku, mencintaiku, dan
mengasihiku dalam hidup ini adalah Ibu.
Wahai ibuku, aku tahu bahwa makhluk ayng ada di dunia ini akan binasa,
dan tidak akan pernah lagi kembali lagi ke dunia ini. Tetapi aku tak ingin ini
terjadi. Tetapi apa boleh buat wahai ibuku, engaku telah pergi seminggu yang
lalu saat aku masih berada dalam menunutt ilmu, baik ilmu dunia mau pun ilmu
akhirat. Sungguh kejam dunia ini bagi hidupku ibu, di saat engkau pergi
selama-lamanya dalam hidupku, tak ada seorang pun yang mengabariku bahwa engaku
telas kembali ke Rahmatullah.
Pada saat pagi yang cerah, aku bersiap-siap akan kembali ke kampung
halamanku, dan kembali ke dalam pelukanmu. Sepanjang jalan aku hanya bisa
tersenyum, dan tak sabar lagi ingin sampai ke tempat tujuanku. Sepanjang jalan
aku melihat gunung-gunung yang begitu tinggi di penuhi dengan warna kehijauan,
pohon-pohon yang begitu penuh sepanjang jalan dan di penuhi oleh
burung-burungan yang berkicau di atasnya. Subhannaulah semua ciptaanMu begitu
mengagumkan.
Tak terasa aku sudah sampai di simpang lima, aku bergegas mencari
kendaraan, untuk segera berangkat ke kampung halamanku. Wah, ternyata selama
enam tahun aku meninggalkan kampung halamanku semuanya menjadi berubah.
Semuanya menjadi cemerlang, jalan sudah di aspal, di samping jalan sudah di
penuhi oleh kios-kios yang kecil dan cerah. Tetapi aku berharap, rumahku tidak
akan berubah. Sangat lelah rasanya sudah satu harian aku hanya duduk di kursi.
Alhamdulliah, tak terasa aku sudah sampai ke tempat kampung halamanku. Tak
sabar lagi aku memeluk ibuku dengna erat, menciumnya dengan ciuman yang hangat.
Wah, siang ini sangat panas, tetapi aku tidak peduli dengan panasnya hari
ini. Yang penting aku bisa bertemu dengan ibuku yang tercinta. Langkahku
semakin lama-semakin berjalan dengan cepat, sehingga aku terjatuh dan mengalami
kecelakaan, biar pun kakiku sedikir berdarah aku tidak peduli, aku terus
berjalan, berjalan, dan terus berjalan.
Wah, ternyata banyak masyarakat yang berkumpul di depan rumahku.
Memangnya mereka tahu bahwa hari ini aka akan kembali, aku berharap begitu,
mereka menyambut kepulanganku dengan senang hati. Oh ya Tuhan aku berharap
mereka menyambutku dengan wajah berseri-seri, dan senang. Ternyata tidak mereka
menyambutku dengan wajah yang sedih, tidak ada satu wajah ceria pun yang
hinggap di sana. Padahal aku tersenyum dengan manis dan menyapa mnereka dengan
sura yang merdu, tetapi mereka membalasnya dengan wajah yang masam, dan suara yang tidak enak jika didengarkan
olehku.
Tetapi aku tidak memedulikan mereka lagi, dikarenakan merekja tidak
peduli dengan keberadaanku. Sekejap aku berpikir, memangnya apa kesalahan yang
telah kulakukan kepada mereka sehingga mereka begitu tega kepadaku, sehingga
tak memberi senyuman kepadaku. Oh ya Tuhan ngapain aku memikirkan tentang itu,
mending sekarang aku bertemu dengan ibuku.
Ya sudahlah, aku aku sangat merindukan ibuku, ingin memeluknya, dan
ingin menciumnya. Karena sudah enam tahun lamanya aku meninggalkannya dan tidak
bertemu dengannya.Hari ini lah saatnya aku bertemu dengan ibuku. Seperti janji
kita Bu, aku akan menjadi orang yang sukses, saat kembali di hadapanmu. Ini
adalah kabar gembira Bu, aku menepati janji tersebut. Aku kembali di hadapanmu
dengan menjadi orang yang sukses, anak yang shalihah, dan berbakti kepada
keduao rang tua. Aku juga akan mengabarkan semua ini kepada ayah Bu, biarpun
beliau telah meninggalkanku selama 19 tahun lamanya. Aku akan mengabarkan kabar
gembira ini kepada ayah melalui doa.
Dag, dig,dug, detak jantungkukarena sangat ingin melihat dirimu,
langkahku mencarimu semakin lama, semakin lebar unutk menjemputmu. Wajahku
penuh dengna senyuman dan kegirangan.’’Ibu,ibu,ibu...!’’ teriakku, sambil mencarimu.
Aku mencarimu di kamar mandi, aku mencarimu di dapur, aku mencarimu di kamar,
tetapi engkau tidak berada di sana.Aku hanya melihat banyak buku dia tas tempat
tidurmu. Saat melihat buku tersebut ternyata aku melihat fotoku, dan juga buku
harianku selama masa kecil dulu. Sekejap aku membacanya untuk mengingat masa
lalu, ternyata di atas kertas putih itu hanya ada cerita tentang hidup kita
berdua. Air mataku gterjatuh saat membacannya.
Berhent sejenak suasana sangat sepi, karena sangat kelelahan dari tadi
mencarimu aku duduk dan mengeluarkan air mata. Terdegnar suara seorang wanita
saat aku sedang menangis, aku berharap bahwa suara itu adalah suaramu, ternyata
tidak, suara itu suara ibu Inang teman dekat ibuku.
‘’Nadhifah, bagaimana kabar kamu, tentunya baik-baik sajakan. Kamu
kelihatan lebih anggun, dan tumbuh sebagai wanita yang shalihah, saya sangat
bangga kepadamu’’, katanya dengan wajah tersenyum. ‘’ Alhamdullilah Buk, saya
baik-baik saja, terima kasih telah memuji saya, bagaimana dengan kabar Ibu?’’
Jawabku, dan tanyaku dengan singkat, dengan wajah sedikit girang. ‘’
Alhamdullilah, Ibu juga baik’’, jawabnya dengan singkat.
Oh, ya Tuhan kenapa wajah Ibuku tak terlihat dari tadi? Apakah ia tidak
merindukanku? Apakah ia melupakanku? Apakah ia membenciku? Apakah ia tak tahu
bahwa hari ini adalah hari kedatanganku untuknya. Seharusnya yang pertama kali
mengatakan hal yang seperti di katakan ibu Inang adalah Ibuku. Tetapi apa boleh
buat, mungkin saja Ibuku pergi ke pasar untuk membeli sayauran unutk menyambut
kedatanganku.
‘’ Buk, boleh saya bertanya’’, kataku dengan suara yang sangat kecil,
dan menundukkan pandanganku. ‘’Em,em... tentu saja boleh’’, jawabnya dengan
wajah yang ketakutan dan gelisah. ‘’Apakah Ibu tahu di mana Ibu saya bereada?
Saya sangat merindukannya, saya ingin memeluknya, tetapi dari tadi wajahnya
tidak terlihat di mataku’’. Suasana berubah menjadi sangat sepi, sehingga ibu
Inang menjawab pertannyaanku.
‘’Em... maafkan kami Nadhifah tiak memberi tahumu lebih awal. Tetapi aku
meminta kepadamu, jika engkau ingin jawaban yang tepat, kamu harus tegar, dan
bersabar menghadapi semua cobaan ini’’, katanya dengan wajah yang sangat sedih.
Semakin lama aku semakin penasaran dengan kata-katanya, kata-katanya membuat
jantungku dag,dig,dug. Tetapi aku berharap berita iut adalah berita yang
menyenangkan hatiku. Mungkin mereka hanya bercanda gurau denganku, tetapi
ternyata itu bukan lah canda gurau.
Air mataku tak henti-hentinya menetes di pipiku, saat mendengar berita
tersebut. Aku meresa ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang pernah kualami selama
ini. Tetapi ini bukanlah sebuah mimpi,
kejadian ini nyata dan fakta. Oh ya Tuhan, mungkin ini lah takdir yang Engkau
berikan kepada Hambamu ini. Saat aku pulang berjihat di jalanmu, aku ingin
melihat wajah orang tuaku ternyata ia tidak ada lagi di dalam hidup ini.
Mulai sekarang aku tak harus menangis lagi, aku harus bisa melupakan hal
tersebut dan memulai hidup yang baru. Menangis hingga mata membengkak tak ada
gunanya, mending aku mendoakan kedua orang tuaku. Mulai sekarang aku akan
menganggap Ibu Inang sebagai ibu kandungku sendiri, begitu juga dengannya.
Minggu depan aku harus pergi dari kampung halaman ini, dikarenakan aku
mendapatkan biaya siswa untuk kuliah ke luar negeri, yaitu Amerika, Jika saja
Ibuku masih hidup pasti ia akan bahagia mendengar berita ini. Aku ingin menjadi
orang sukses karena kedua orang tuaku, aku ingin membahagiakannya. Aku tak tahu
harus mengatakan apa, yang penting selama aku hidup di dunia ini aku akan
selalu mendo’akan kedua orang utaku.